Sultan Baabullah, Pengusir Penjajah Tanpa Kekerasan
Balas dendam atas pembunuhan ayah tercinta oleh tentara Portugis tidak membuat Sultan Baabullah membutakan matanya dan menyerang penjajah secara membabi buta. Langkah-langkahnya terukur dan perhitungannya tepat. Maka, tak lama kemudian, para pendatang Portugis yang menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku meninggalkan Maluku selamanya tanpa pertumpahan darah.
Kehebatan ini membuat Sultan Baabullah ahli dalam peperangan dan diplomasi. Taktik jitu tidak menggerakkan musuh yang saat itu memiliki senjata canggih. Atas kehebatannya tersebut, Sultan Baabullah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 2020.
Sultan Baabullah adalah orang yang terus-menerus mengasingkan Portugis. Sultan Baabullah, lebih dikenal sebagai Bab, lahir pada 10 Februari 1528. Bab adalah putra sulung Sultan Khairun Jamil, yang memerintah Ternate dari tahun 1535 hingga 1570.
Sultan Khairun dikatakan sebagai salah satu penjajah Portugis yang paling dihormati di Maluku pada saat itu. Kairn tidak membebaskan gerakan kolonialis Markus. Untuk ini, Khairun dibunuh oleh Portugis. Menurut perhitungan Portugis, mereka bebas mengontrol perdagangan rempah-rempah dengan mengambil nyawa Khairun.
Tapi perhitungan itu sepenuhnya salah. Setelah kematian ayahnya pada tahun 1570, Baabullah menjadi Sultan Ternate. Sejak usia muda, ia menunjukkan kepribadian yang berani dan sopan, menyebabkan masalah bagi Portugis. Tekadnya untuk membalas kekejaman Portugis diperkuat ketika ia diproklamasikan sebagai Sultan Ternate ke-8. Sumpahnya dipenuhi dengan mengirimkan enam kapal besar dari Ternate ke Hitu di Ambon.
Setiap perahu memiliki 100 tentara. Tim ini bertugas mengawal bantuan ke benteng Portugis. Pada saat yang sama, pasukan Baabullah mengepung benteng Portugis lainnya, Benteng Gamlamo, di desa Castella di Ternate.
Selama penyerbuan ini, pemimpin benteng Duarte de Menezes melarikan diri ke Leitimor di Ambon. Baabullah meminta gubernur, Diego Lopez de Mesquita, untuk membawa pelaku pembunuhan ayahnya ke pengadilan.
Permintaan Baabulla sederhana saja. Partainya berjanji akan memulihkan hubungan baik antara Ternate dan Portugis seperti semula, jika Portugis mau berlaku adil. Namun, Portugis tidak menuruti tuntutan Baabullah. Pasalnya, Kongres Portugis tidak membiarkan gubernur dipersalahkan atas kesalahannya selama masa jabatannya.
Penolakan tidak menyurutkan langkah Sultan muda. Menjabat sebagai Kapita Laut, posisi militer tertinggi dalam struktur Kerajaan Ternate, Sultan menggunakan keterampilan dan pengalamannya dengan semakin sulit untuk mengusir Portugis.
Sultan telah meluncurkan berbagai kampanye diplomatik untuk korban lain dari kompetisi perdagangan rempah-rempah. Misalnya kita melakukan ekspedisi ke Buton, Tobunk, Banggai dan Serayal.
Setelah mendapatkan bantuan spiritual, Baabullah mulai menaklukkan benteng Portugis di Ternate. Benteng-benteng Turucco, St. Lucia dan St. Pedro dengan cepat direbut. Taktik yang paling efektif adalah yang digunakan Sultan Baabullah saat merebut Benteng São Paulo.
Dalam hal laki-laki, tentara Portugis jauh lebih kecil dari tentara Sultan Baabullah. Namun, dari segi perlengkapan perang, senjata Portugis lebih canggih.
Itulah sebabnya Sultan Baabullah dan pasukannya tidak menyerbu benteng. Selain itu, ada juga alasan kemanusiaan. Karena banyak anak-anak dan perempuan di dalam benteng yang bisa menjadi korban invasi.
Berdasarkan hal ini, Sultan Baabullah memutuskan untuk tinggal di luar benteng. Pasukan memblokir perumahan kebutuhan dasar memasuki benteng. Taktik mengisolasi lawan ini lambat tapi pasti dan membuat mereka rentan. Kelaparan membuat mereka tidak berdaya, dan moral para prajurit hancur.
Tentara Sultan Baabullah dikatakan telah mengepung Benteng São Paulo selama lima tahun. Penghuni kastil benar-benar terisolasi dari dunia luar.
Portugis mencoba meluluhkan hati Sultan. Misalnya, memecat López de Mesquita dan menggantinya dengan Alvaro de Atide. Mesquita dituduh curang dan kejam. Dia kemudian ditangkap oleh rekan senegaranya, dirantai dan dikirim ke Malaka.
Namun, langkah ini tidak meluluhkan hati Sultan. Pada tanggal 26 Desember 1575, Portugis tidak berdaya di benteng dan akhirnya menyerah, meninggalkan Maluku untuk selamanya.
Kebesaran Sultan Baabullah yang mengusir Portugis tanpa pertumpahan darah, dikenangnya sebagai orang yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam melawan penjajah. Meski berusaha membalas dendam atas kematian ayahnya di tangan Portugis, Sultan tidak terburu-buru menyerang ketika serangan itu merenggut nyawa orang tak bersalah.
Keberhasilan mengusir Portugis merupakan anugerah bagi kerajaan-kerajaan dan sultan-sultan di seluruh Nusantara, terutama para saudagar. Para saudagar Jawa, Arab, Melayu, Makassar, dan Cina, yang selalu dikejar Portugis dan Spanyol, bebas bersaing dalam perdagangan. Sultan Ternate sebesar ini dianggap sebagai tokoh terbesar dalam sejarah memerangi penjajah. Kemudian ternyata dia pantas menjadi pahlawan nasional.
Pengolahan dari berbagai sumber.